Minggu, 05 Juli 2015

ASMA


ASMA

Pengobatan asma haruslah disesuaikan dengan berat ringannya asma. Hal ini dikarenakan frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi, ada yang ringan, sedang dan berat. Pada serangan asma yang ringan, cukup diobati pada saat terjadi serangan saja, tidak perlu pengobatan jangka panjang. Sedangkan pada serangan asma yang sedang sampai berat  perlu dikontrol dengan pengobatan jangka panjang untuk mencegah terjadinya serangan berikutnya. Secara umum pengobatan asma dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan tanpa obat (terapi non farmakologi) dan dengan obat (terapi farmakologi).
Pengobatan Penyakit Asma
Asma merupakan suatu penyakit radang paru-paru kronis yang dapat  mengakibatkan merapatnya dan menyempitnya saluran udara sehingga penderita batuk-batuk dan sulit bernapas. Kurangnya pengetahuan pasien dan masyarakat tentang asma dan mengangap Asma merupakan  penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bersifat kronik dan cenderung progresif. Juga tidak mengetahui cara atau tidak melaksanakan pencegahan dari serangan asma di rumah.

Tujuan utama pengobatan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Tujuan Pengobatan Asma
  1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma
  2. Mencegah eksaserbasi akut 
  3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin 
  4. Mengupayakan aktiviti normal termasuk exercise 
  5. Menghindari efek samping obat 
  6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversibel 
  7. Mencegah kematian karena asma 
Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi adalah bentuk pengobatan dengan cara pendekatan, edukasi dan pemahaman tentang penyakit asma. Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk:
  1. Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri) 
  2. Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri) 
  3. Meningkatkan kepuasan 
  4. Meningkatkan rasa percaya diri 
  5. Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri 
  6. Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma (John Rees dkk. 1998: 351).
Adapun yang lainnya yaitu :
Terapi Non Farmakologi pada penderita asma ditujukan antara lain untuk :
  1. Memberikan edukasi atau penjelasan kepada penderita atau yang merawat penderita mengenai berbagai hal tentang asma, misalnya tentang terjadinya asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan mengenal tanda-tanda awal keparahan
  2. Mengenali dan mengontrol faktor-faktor pemicu serangan asma
  3. Mengatur kegiatan aktivitas fisik . Melakukan olah raga secara teratur , misalnya senam asma untuk latihan pernafasan (Wells BG, 2006: 826-864).

Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi adalah pengobatan asma dengan memberikan obat-obatan tertentu untuk meringankan, mencegah, mengurangi atau mengobati rasa sakit yang ditimbulkan oleh penyakit asma. Terapi farmakologi untuk mengobati penyakit asma diantaranya adalah:

1. Simpatomimetik 

Agonis bekerja diperlama (seperti salmeterol dan furmoterol) digunakan, bersamaan dengan obat antiinflamasi, untuk kontrol jangka panjang terhadap gejala yang timbul pada malam hari. Obat golongan ini juga dipergunakan untuk mencegah bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik.

2. Xantin

Untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dan bronkospasme reversibel yang berkaitan dengan bronkhitis kronik dan emfisema, yaitu :
  • Aminofilin dapat diberikan melalui intravena lambat atau diberikan dalam bentuk infus (biasanya dalam 100-200 mL) dekstrosa 5% atau injeksi Na Cl 0,9%. Kecepatan pemberian jangan melebihi 25 mg/mL. 
  • Teofilin. Dosis yang diberikan tergantung individu. Penyesuaian dosis berdasarkan respon klinik dan perkembangan pada fungsi paru-paru

3. Antikolinergik

  • Ipratropium Bromida. Digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator lain (terutama beta adrenergik) sebagai bronkodilator dalam pengobatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru-paru obstruktif kronik, termasuk bronkhitis kronik dan emfisema. 2 inhalasi (36 mcg) empat kali sehari. Pasien boleh menggunakan dosis tambahan tetapi tidak boleh melebihi 12 inhalasi dalam sehari.
  • Tiotropium Bromida. Tiotropium digunakan sebagai perawatan bronkospasmus yang berhubungan dengan penyakit paru obstruksi kronis termasuk bronkitis kronis dan emfisema. Cara penggunaan kapsul dihirup, satu kali sehari dengan alat inhalasi Handihaler.

4. Kromolin Sodium dan Nedokromil

  • Kromolin Natrium. Asma bronchiale (inhalasi, larutan dan aerosol) : sebagaipengobatan profilaksis pada asma bronkial. Kromolin diberikan teratur, harian pada pasien dengan gejala berulang yang memerlukan pengobatan secara reguler. Larutan nebulizer : dosis awal 20 mg diinhalasi 4 kali sehari dengan interval yang teratur. Efektifitas terapi tergantung pada keteraturan penggunaan obat.
  • Nedokromil Natrium. Digunakan sebagai terapi pemeliharaan untuk pasien dewasa dan anak usia 6 tahun atau lebih pada asma ringan  sampai sedang. Dosis dan cara penggunaan : 2 inhalasi, empat kali sehari dengan interval yang teratur untuk mencapai dosis 14 mg/hari.

5. Kortikosteroid

Terapi pemeliharaan dan propilaksis asma, termasuk pasien yang memerlukan kortikosteoid sistemik, pasien yang mendapatkan keuntungan dari penggunaan dosis sistemik, terapi pemeliharaan asma dan terapi profilaksis pada anak usia 12 bulan sampai 8 tahun. Yaitu: Beklometason,  Budesonid,  Flutikason,  Flunisolid, Mometason (Wells BG, 2006: 826-864).
Adapun yang lainnya yaitu :
Terapi Farmakologi (Dengan Obat)
Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dapat dibagi menjadi dua, yaitu : Pengobatan Asma Jangka pendek atau pengobatan cepat (quick relief medication) dan Pengobatan Asma Jangka Panjang (long term medication).
1.    Pengobatan Asma Jangka Pendek (Quick Relief Medication)
Pengobatan ini ditujukan untuk mengatasi serangan akut asma, yaitu diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan sampai serangan merendah,biasanya memakai obat-obatan yang berkhasiat melebarkan saluran pernapasan yang menyempit. Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan.
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan Asma Jangka Pendek, meliputi :
  • Obat untuk mengatasi penyempitan jalan napas
Obat yang digunakan untuk mengatasi penyempitan jalan nafas adalah golongan obat bronkodilator. Yang termasuk golongan obat bronkodilator yaitu : golongan simpatomimetika (salbutamol, terbutalin, prokaterol), golongan antikolinergik (ipratropium, deptropin dan tiazinamium), golongan xantin (teofilin, aminofilin)
  • Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan napas
Obat yang digunakan untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan nafas adalah golongan kortikosteroid oral (prednison, deksametason).
  •  Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan.
Obat yang digunakan untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan adalah obat golongan mukolitik (asetil sistein) dan ekspektoran (ambroxol, bromheksin). Semua obat ini dapat mengurangi kekentalan dahak, sehingga dahak mudah dikeluarkan.
2.    Pengobatan Asma Jangka Panjang (Long Term Medication)
  1. Pengobatan Asma jangka Panjang bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan asma. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang antara lain inhalasi steroid, kromolin dan golongan xantin. Obat lain yang diindikasikan untuk pencegahan serangan asma adalah ketotifen (suatu anti alergi) (John Rees dkk. 1998: 351).






DAFTAR PUSTAKA

John Rees dkk. 1998. Petunjuk Penting Asma, Edisi III. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran  EGC

Pedoman Diagnosis dan penatalaksanaan. 2004. Asma. Indonesia : PDPI

Wells BG. JT Dipiro, TL Schwinghammer, CW.Hamilton. Pharmacoterapy Handbook 6th ed International edition. Singapore : McGrawHill. 2006:826-848.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar